Duan Kelor, Sumber
Pangan Lokal Kaya Nutrisi
Oleh:
Dra. Heatiningsih
Guru TPHP SMK
N 2 Tangerang
Situasi ketahanan pangan
di negara kita masih lemah. Hal ini ditunjukkan antara lain oleh: (a) jumlah
penduduk rawan pangan (tingkat konsumsi < 90% dari rekomendasi 2.000
kkal/kap/hari) dan sangat rawan pangan (tingkat konsumsi < 70 % dari
rekomendasi) masih cukup besar, yaitu masing-masing 36,85 juta dan 15,48 juta
jiwa untuk tahun 2002; (b) anak-anak balita kurang gizi masih cukup besar,
yaitu 5,02 juta dan 5,12 juta jiwa untuk tahun 2002 dan 2003 . Ketahanan pangan
adalah tantangan yang mendapatkan prioritas untuk mencapai kesejahteraan
bangsa, sehingga upaya mewujudkannya harus bertumpu pada sumber daya pangan
lokal yang mengandung keragaman antar daerah.
Kelor (Moringa
oleifera) adalah tumbuhan yang berasal dari kawasan sekitar Himalaya dan
India, kemudian menyebar ke kawasan di sekitarnya sampai ke Benua Afrika, Asia
Barat, Amerika dan New Zealand. Kelor biasanya disebut hanya sebagai Moringa (Tamil murungai), merupakan varietas yang
paling banyak dibudidayakan dari genus Moringa.
Kelor di Asia berasal dari Famili
Moringaceae . Kelor merupakan pohon sayuran yang sangat bergizi, memiliki
berbagai manfaat potensial. Pohon itu sendiri agak ramping dengan cabang-cabang
yang tumbuh terkulai tinggi sekitar 10 m, namun biasanya dipotong kembali
setiap tahun satu meter atau kurang dan dibiarkan tumbuh kembali, sehingga
polong dan daun tetap dalam jangkauan.
Daun
kelor bisa menjadi sumber zat gizi untuk semua kelompok umur. Di beberapa belahan
dunia misalnya Senegal dan Haiti, daun kelor diberikan untuk mengatasi masalah
gizi buruk pada anak-anak, wanita hamil dan menyusui. Fuglie (2005) melaporkan
bahwa cukup dengan 8 gram serbuk daun kelor sehari dapat memberikan kontribusi
zat gizi kepada balita (1-3 tahun) yaitu 14% protein, 40% kalsium, 23% besi dan
hampir semua kebutuhan vitamin A. Sedangkan dalam 100 gram bubuk serbuk daun
kelor dapat memberikan lebih dari sepertiga kebutuhan kalsium, besi, protein,
tembaga, beleran dan vitamin B wanita usia subur.
Telah
dilaporkan dari proyek penelitian WHO (World
Health Organization) bahwa kelor mampu membantu mengatasi malnutrisi pada
anak-anak di beberapa Negara Afrika dengan pemanfaatan serbuk daun kelor. Kelor
selain mudah diperoleh dan tanpa biaya tinggi, mampu membantu recovery secara cepat pada anak-anak
malnutrisi dibandingkan dengan ibu-ibu yang memberikan nutrisi modern seperti
susu bubuk, minyak goreng dan gula. Penelitian di beberapa negara menunjukkan
serbuk daun kelor berperan dalam memperbaiki sistem imun. Di India kelor sudah
dijadikan tanaman obat (Indian Herbs)
sejak puluhan tahun dan telah dilakukan analisa terhadap kandungan zat-zat
bioaktif kelor serta fungsinya. Salah satu dari 49 phytonutrient yang telah dianalisa adalah beta carotene yang berfungsi sebagai phagocitotic activity.
Daun
kelor sebagai sumber vitamin dan mineral dapat dikonsumsi dengan cara dimasak atau dimakan mentah atau dikeringkan
menjadi serbuk daun kelor. Sebagai upaya diversifikasi pangan, daun kelor yang
telah dijadikan serbuk dapat disubtitusikan dengan bahan lain dalam pembuatan
aneka olahan, misalnya dalam pembuatan kue sagu. Kue sagu merupakan salah satu
jenis penganan yang banyak digemari masyarakat, subtitusi serbuk daun kelor hingga
prosentase tertentu diharapkan mampu meningkatkan kandungan nutrisi kue sagu
sekaligus sebagai upaya pemanfaatan daun kelor yang merupakan sumber pangan
lokal yang memiliki potensi nilai gizi yang tinggi.